English

PenawarCh15 - Kau boleh meniduriku.

0 Comments

Jiang Yuduo telah melewati ribuan malam tanpa tidur. Yang mana ia biasanya menatap kegelapan sambil duduk atau berbaring. Dia terkadang juga akan memanggil beberapa teman untuk minum bersama.

Meski pun jarang, insomnia itu lebih dari tidak bisa tidur, namun juga merasakan beragam sakit, lelah, sakit kepala, kram dan lain-lain. Maka dari itu, melewatinya sendiri adalah jalan yang terbaik. dsLeY

Dia tidak pernah duduk dan mengobrol dengan seseorang di rumahnya saat ia tidak bisa tidur.

Terlebih lagi, orang ini adalah seseorang yang berbeda darinya dan asal usulnya tidak diketahui.

Please support our translators at langitbieru (dot) com

Dia merasa kadang-kadang ia bisa mempercayainya, namun curiga juga. Tuan muda sampah.

Apa yang bisa dibicarakan? A8IVyu

Ia tidak bisa menemukan topik.

“Ada anggur?” Cheng Ke bertanya.

“Mau minum yang seperti apa?” tanya Jiang Yuduo.

“Kau hanya punya satu gelas,” ujar  Cheng Ke. “Di saat seperti ini, apakah aku masih bisa memilih?” DgrOdW

Jiang Yuduo tidak berbicara. Ia menghampiri kabinet di samping jendela dengan sebatang rokok di bibirnya. Ia membuka pintu kabinet, dan menatapnya balik. “Pilihlah.”

Cheng Ke tertegun. Ia bangun dan menghampiri kabinet, menatap beragam anggur berjejer layaknya dinding. Tak mampu mengatakan apa pun.

“Aku menggunakan gelas itu untuk segala hal,” Jiang Yuduo bersandar di dinding, “Aku minum anggur, bukan gelasnya.”

“Oh.” Cheng Ke mengangguk. zNj37D

“Tapi di sini tidak ada anggur bagus,” Jiang Yuduo berkata, “Semuanya dibeli oleh anak buahku ketika mereka berlibur.”

“Aku tidak punya pengetahuan mengenai anggur…Aku bahkan tidak bisa membedakan mana yang bagus dan yang tidak.” Cheng Ke melihat sebuah botol porselain putih tanpa ada yang menempel di gelasnya melalui cahaya lembut bulan yang datang dari celah gorden. Botolnya terlihat tua. Ia mengambilnya dengan penuh rasa penasaran. “Apa ini? Boleh aku menyalakan lampu?”

“Kau sudah selesai menangis?” Jiang Yuduo bertanya.

Cheng Ke tidak berbicara karena keinginan untuk membuat Jiang Yuduo amnesia dengan botol itu melalui pikirannya. 2a9SJE

Jiang Yuduo menyalakan lampu dan ruangan itu tiba-tiba menjadi terang.

Cheng Ke dapat melihat dengan jelas bahwa botol di tangannya itu memang botol porselain putih biasa, dengan sepotong kain katun terikat di segelnya, yang telah menjadi abu-abu.

Dia menciumnya, lalu berbalik menatap Jiang Yuduo: “Baunya sangat…”

Dia tidak merasakan apa pun sebelumnya, namun setelah ia menoleh dan melihat Jiang Yuduo, yang hanya memakai celana dalam di bawah cahaya lampu yang terang. Ia tiba-tiba tidak tahu kemana ia harus melihat. Hq4pA6

“Ayo…matikan lampunya,” ujarnya.

“Kau bermain-main denganku?” Jiang Yuduo menatapnya.

Story translated by Langit Bieru.

“Tolong pakai baju,” ujar Cheng Ke. “Kau tidak dingin?”

“Tidak,” Jiang Yuduo perlahan menghampirinya dan mematikan lampu. “Tidak masalah mandi air dingin di hari seperti ini bagikut.” 5QzcAS

Setelah lampunya mati, Cheng Ke sedikit rileks dan meletakkan anggurnya di meja.
“Apa kau membuat anggur ini sendiri?”

“Chen Qing membawanya,” Jiang Yuduo pergi ke dapur dan mengeluarkan dua mangkuk. “Ketika ibunya hamil, ayahnya ingin seorang gadis dan ketika sudah terkonfirmasi, ia mengubur anggurnya dan mengatakan ketika anaknya sudah berumur 18 tahun, ia akan mengeluarkannya untuk diminum.”

Cheng Ke tersenyum: “That’s not bad, the wine has been buried for more than ten years.”

“Tidak, ketika anak laki-laki yang lahir, ayahnya langsung mengeluarkannya,” Jiang Yuduo mengeluarkan sebuah kotak yang tersegel dari kulkas. “Disimpan di dapur bersama kendi berisi sayur asin. Tapi ini juga sudah lebih dari sepuluh tahun.” mWbPTl

“Kau sudah minum?” Cheng Ke bertanya.

“Yeah, kami berdua meminumnya ketika ia membawanya kemari.” Jiang Yuduo membuka botolnya, mengisi mangkuk, dan memberikan satu pada Cheng Ke.

“Bagaimana rasanya?” Cheng Ke mencium wangi yang nikmat.

“Setelah lebih dari sepuluh tahun,” ujar Jiang Yuduo, “Bahkan sebotol kencing kuda akan berbau harum.” 3mc9xQ

Cheng Ke meliriknya dan merasakan moodnya yang sedang bagus. Ia tidak tidak senang.

Jiang Yuduo membuka kotak yang tersegel itu dan memberikannya pada Cheng Ke. “Cium ini.”

Cheng Ke mengendus. “Daging sapi kering?”

“Mhm,” Jiang Yuduo mengangguk, “Bagaimana menurutmu?” ZmBbSI

“Enak.” Cheng Ke meraih sepotong tanpa berpikir dan memasukkannya ke dalam mulut. Mengunyah dua kali dengan keras.

Dari siang hingga sekarang, ia hanya memakan sepotong kue. Saat ia baru saja berpikir ia harus menahan lapar, ia memakan daging. Ia akhirnya sadar bahwa bisa jadi ia tidak bisa tidur karena kelaparan.

Perutnya berteriak haru.

Jiang Yuduo, yang tengah memegang sebotol anggur di depannya, tiba-tiba terdiam. ybjFvT

“Ada apa?” Cheng Ke sedikit malu.

“Aku mendengarnya.” Jiang Yuduo berbicara dengan pelan.

Langit Bieru.

We’re sorry for MTLers or people who like using reading mode, but our translations keep getting stolen by aggregators so we’re going to bring back the copy protection. If you need to MTL please retype the gibberish parts.

Glj alvjx ylrj wfiltja fxrqgfrlcsj vjijw xfufijqjc, cjwec Jtfcu Bf vjqja wfgjrjxjc xfkjrqjvjjc Aljcu Te Geb rjja lj wfcvfcujg rejgjcsj.

“Cxe.” Jtfcu Bf yfgvftjw, “Ufgeaxe yfgyecsl…” zgPQK4

Vfyfiew lj rfifrjl yfgylmjgj, qfgeacsj yfgyecsl ijul rfjxjc afcujt yfgxbijybgjrl vfcujc xjaj-xjajcsj, vjc alyj-alyj lj lculc yfgyjglcu vl wfpj xjgfcj gjrj wjie.

“Bje…” Aljcu Teveb qjvj jkjicsj ifuj, ijie rfvlxla afgxfpea. “Zfrxl lcl revjt pfifx, xje alvjx rftjgercsj ijcurecu rjxla qfgea, xjc?”

“Aku lapar,” ujar Cheng Ke.

“Demi Tuhan, kau harusnya bilang  kalau kau lapar,” Jiang Yuduo meraih ponselnya. “Jika kau ingin makan, aku akan meminta seseorang membawakannya. Namun jika kau hanya ingin makan makanan Tuan Muda, mungkin sedikit sulit. Hanya ada barbeque jam segini. “ xEy0uO

Cheng Ke tidak berbicara. Situasi dimana sebuah wajah tiba-tiba tersinar di tengah kegelapan harusnya menyeramkan, namun entah kenapa wajah tampan Jiang Yu Duo bisa menghilangkan kesan mengerikan itu.

Saat Jiang Yuduo mulai menelpon, ia tersadar dan buru-buru menutup layar ponselnya. “Tidak! Dendeng sapi sudah cukup!”

“Serius?” Jiang Yuduo menatapnya.

“Tidak perlu. Saat makanannya sampai, aku pasti sudah kenyang.” Cheng Ke senang karena pada saat ini ia punya alasan yang bagus sehingga ia tidak terdengar seperti orang yang berusaha menolak kebaikan dengan sopan. syhTeR

“Baiklah.” Jiang Yuduo menyingkirkan ponselnya, mengangkat mangkuknya dan mengetuk mangkuk di depannya, menyesap anggur.

Cheng Ke tidak peduli dengan imejnya lagi. Ia baru berhenti saat ia selesai memakan empat potong dendeng. Lalu ia meminum anggurnya.

Anggurnya memang bagus dan itu masuk ke perutnya dengan hangat. Ia bersandar di kursi dan menghela nafas lega.

Jiang Yuduo duduk di seberangnya, memegang sepotong dendeng dan merobeknya perlahan. tEXoeM

Karena ia tidak bisa melihat ekspresinya dengan jelas, tidak bisa menatap matanya langsung, dan tidak tahan melihat tubuh Jiang Yu Duo yang hanya tertutup celana dalam, Cheng Ke tidak merasa canggung dalam keheningan ini.

Jiang Yuduo merobek sepotong dendeng sapi, dan setelah meminum setengah mangkuk anggur, ia bertanya, “Bukankah kita akan mengobrol? Apa yang ingin kita bicarakan?”

Yeah, apa yang kita bicarakan?

Cheng Ke awalnya berpikir akan ada banyak hal yang inign ia katakan dan apa pun yang akan ia katakan pada orang yang tidak begitu akrab dengannya dan tidak mungkin pernah berhubungan dengannya, ia bisa merasa aman. 8SopgX

Ia akan membicarakan apa pun yang ia pikirkan, namun ketika Jiang Yu Duo tiba-tiba bertanya seperti itu, seketika saat ia merasa ia siap untuk mulai, ia tidak tahu bagaimana caranya berbicara.

“Apa kau punya sesuatu yang ingin kau katakan?” tanyanya.

Read more BL at langitbieru (dot) com

“Kau yang mengajak mengobrol di tengah malam begini, dan sekarang kau bertanya padaku?” Jiang Yuduo berkata, “tapi aku bisa berbicara jika kau ingin.”

“Yeah.” Cheng Ke menatapnya, hanya untuk melihat cahaya samar di jembatan hidungnya yang sangat tegak. EAuRdm

“Sesuatu yang benar-benar ingin aku katakan,” Jiang Yuduo menyesap anggur dan sedikit maju, “apa yang kau lakukan di sini?”

Kalimat ini lagi.

Cheng Ke bahkan tidak menghela nafas kesal. “Menurutmu untuk apa aku ada di sini?”

“Siapa yang kau lihat tadi?” Jiang Yuduo masih berbaring di meja, suara rendahnya bercampur dengan serak yang membuat orang termangu. j6WDQt

Sejujurnya, suara Jiang Yuduo cukup bagus. Jika bukan karena topik mereka sekarang, Cheng Ke ingin memujinya.

“Tadi?” tanya Cheng Ke.

“Kau berdiri di seberang jalan,” ujar Jiang Yuduo, “Siapa yang kau lihat tadi?”

“Orang yang aku lihat?” Cheng Ke tiba-tiba merasa takut dan punggungnya membeku. Dia tidak dapat menahan diri dan menggaruk punggungnya dua kali. uyTM0d

“Jangan mencoba untuk pura-pura,” ujar Jiang Yuduo, “Aku melihatmu dari dalam rumah.”

“Aku tidak meliaht apa pun, apa maksudmu dengan orang di jalan?” Cheng Ke keras kepala.

Jiang Yuduo tidak mengatakan apa pun. Dia berdiri sejenak, menyalakan lampu di ruang tamu, berbalik dan menghampirinya, lalu menunduk dan menatap wajahnya.

Adegan ini sungguh mengejutkan hingga Cheng harus mendorong bahu Jiang Yuduo menjauh. “Aku benar-benar tidak melihat siapa pun. Sekarang aku jadi sedikit takut karenamu…” 1mHfG6

“Takut? Jika aku mengatakan kau temanku, tidak ada yang berani menyentuhmu.” Jiang Yuduo duduk tegap, mematikan lampu dan duduk di seberang meja. “Apakah kau ingin jam tanganmu?”

“…Tidak,” Cheng Ke tertegun, lalu menghela nafas, “Jika kau tidak mengingatkanku, aku pasti sudah lupa.”

“Hmm.” Jiang Yuduo membalas, “Kau bisa mengambilnya lagi.”

“Ambillah.” Cheng Ke menyesap anggurnya. 1jC45F

Kekecewaan.

Itu hanya sebuah jam tangan dan itu tidak ada artinya. Jika itu seharga tiga ratus ribu dollar, ia mungkin akan berpikir dua kali.

Langit Bieru.

Kekewaannya datang dari kalimat “Aku benar-benar ingin bilang kau itu temanku.” Dari Jiang Yu Duo.

Jiang Yuduo tidak menganggapnya sebagai teman. dBnoe3

Tentu saja, bukan hal yang mengejutkan jika Jiang Yu Duo tidak menganggapnya sebagai teman. Ia juga selalu mendefinisikan Jiang Yu Duo sebagai “tuan tanah”, seseorang yang ia tidak kenal dengan baik.

Namun entah kenapa ia sedikit kecewa.

Mungkin karena teman-temannya datang begitu saja. Sesuai masa lalu, hubungannya dengan Jiang Yuduo sudah bisa dihitung sebagai “teman”.

Atau mungkin karena temannya pergi dengan mudah, lalu semuanya menghilang. Ia sedikit tidak nyaman dengan kekosongan di hidupnya sekarang dan ia ingin mendapatkan “teman”. FI5 3M

“Kupikir…” Cheng Ke masih tidak bisa menahan kata-katanya, namun ia segera berhenti setelah ia membuka mulutnya. Sudah jatuh ke titik mana ia, hingga ia memusingkan hal seperti ini?

Itu hanya Jiang Yuduo. Memangnya kenapa kalau mereka berteman? Ia tidak pernah berteman dengan orang sepertinya, meski itu teman terkonyolnya.

“Aku tidak berteman begitu saja,” ujar Jiang Yuduo said. “Orang jalanan seperti kami berbeda dengan kau yang seorang tua muda. Teman-teman di sini…”

Jiang Yuduo menyentil meja: “Sangat penting.” 2VrSgL

“Aku tidak mengerti,” ujar Cheng Ke. “Aku tidak punya teman.”

Ia menyesap anggur, mengambil sepotong dendeng dan mengunyahnya perlahan. Ia harus akui kalau ia mengagumi ketajaman Jiang Yu Duo.

Meski pun ketajamannya kadang digunakan di saat yang tidak tepat.

“Tidak ada yang aneh kalau tidak punya teman,” ujar Jiang Yuduo. “Seseuai dengan standarku, tidak akan mudah punya teman di hidup ini.” 1fTxHY

“Seperti kau dan Chen Qing?” Tanya Cheng Ke.

“Dia itu idiot,” ujar Jiang Yuduo, “Aku selalu ingin membunuhnya.”

Cheng Ke tertawa. Itu adalah teman.

“Sebenarnya, Xu Ding, yang makan denganmu waktu itu.” Jiang Yuduo membantunya menuang anggur. “Apakah ia bisa dihitung sebagai temanmu?” nANBtG

“Aku tidak kenal dia sebelumnya,” ujar Cheng Ke. “Aku tidak pernah makan berdua dengannya selain saat bekerja sama.”

“Oh,” Jiang Yuduo mengangguk, bersandar di kursi dan bergoyang perlahan. “Seperti apa “sebelum”mu itu?”

Please visit langitbieru (dot) com

“…Aku tidak tahu bagaimana menjelaskannya.” Cheng Ke menyesap anggur dan tersenyum pahit. “Pikirkan saja kenapa aku menelponmu terus.”

“Kau tidak akan tahu jika kau tidak pernah melakukan satu pun pekerjaan rumah. Ada banyak orang yang seperti ini,” ujar Jiang Yuduo. “Bukan hanya kamu.” LA90cH

“Itu berbeda.” Cheng Ke mengeluarkan kotak rokok yang remuk dari sakunya dan menyalakan sebatang. “Aku bahkan tidak tahu apa yang harus aku lakukan selanjutnya.”

“Selanjutnya?” Jiang Yuduo mengambil mangkuk dan saling mengetuknya. “Minum dan makan daging.”

“Aku sudah besar, jadi aku hanya bermain-main. Aku tidak pernah memikirkan apa yang harus aku lakukan atau apa yang ingin aku lakukan.” Cheng Ke tersenyum dan menyentil mangkuknya ringan. “Aku diusir oleh ayahku.”

Aksi minum Jiang Yuduo terhenti. Ia lalu meneguk dua tegukan dan bersandar. “Aku pikir kau diusir oleh adikmu.” LqoQxf

Cheng Ke tidak mengatakan apa pun dan mengangkat mangkuknya ke arah Jiang Yu Duo dan minum setengah isi mangkuknya.

“Zhong Jie bilang kau seniman,” ujar Jiang Yuduo, “Seni seperti apa yang kau buat?”

“…kau percaya dengan apa yang ia katakan?” Cheng Ke tertawa.

“Biasanya ia melebih-lebihkannya, tapi tidak akan mengarang terlalu banyak. Kau punya sesuatu yang membuatnya melebih-lebihkan dirimu,” jelas Jiang Yuduo. “Apa itu?” nAvjXV

Cheng Ke menghela nafas. “Ia menanyakan pekerjaanku. Aku tidak bisa bilang aku ini pengangguran, jadi aku bilang aku melukis pasir.”

“Melukis pasir?” Tanya Jiang Yuduo.

“Menggambar sesuatu dengan pasir,” Cheng Ke menggerakkan tangannya dei atas meja dan menjelaskannya pada Jiang Yuduo dengan kata-kata yang mudah dimengerti, “Hanya menebarkan beberapa genggam pasir dan menggambar dengan jari-jarimu.”

“Oh.” Jiang Yuduo menatapnya dengan sebatang rokok di mulut. j8Gnfv

Setelah menatap beberapa saat, Jiang Yu Duo bangun dan pergi ke dapur.

Cheng Ke menjepit rokoknya, meminum anggur dan bersandar di kursi dengan kepala terdongak.

Anggur itu cukup bagus. Dia pasti sudah merasa tidak nyaman jika ia harus minum dua kali dalam satu hari, namun selain sedikit pusing, ia tidak merasakan apa pun.

Ketika ia mendongak, rasanya seperti melayang dan sedikit berguncang. Sangat nyaman dan tenang. GbJS8E

Jiang Yuduo kembali dari dapur dan melempar sebuah kantung ke meja.

Cheng Ke mengerutkan alisnya, berusaha melihat apa yang dibawa oleh Jiang Yuduo. Tapi meski minim cahaya, ia bisa melihat bahwa kantung itu tidak terbuka dan terlihat seperti…

Read more BL at langitbieru (dot) com

“Gambar untukku,” ujar Jiang Yuduo.

“Gambar apa?” Cheng Ke tertegun. xitmvj

“Lukisan pasir,” Jiang Yuduo menunjuk kantungnya, “Ini garam.”

“…Kau memintaku menggambar dengan garam?” Cheng Ke meremas kantung itu. itu memang gara. Garam laut  yang kasar.

“Bukannya sama saja?” tanya Jiang Yuduo.

“Yang digambar dengan garam dinamakan lukisan garam,” Cheng Ke berusaha menjelaskan, “Mereka berdua berbeda…dan partikel garammu lebih besar …” zJV1Do

Jiang Yuduo tidak menagtakan apa pun, berbalik dan masuk ke dapurnya lagi.

Cheng Ke menghela nafas. “Jiang Yuduo…Tidak, kakak ketiga, bisakah kau berhenti menyiksaku?”

Ketika Jiang Yuduo keluar dari dapur, ia melempar tiga kantung garam lain, tepat di depan wajahnya.

Cheng Ke meremasnya, kali ini garamnya halus dan bagus. ve FdT

“Kenapa kau membeli banyak garam?” Tanyanya lemah.

“Menunggu seseorang untuk melukiskanku lukisan pasir suatu hari.” Jiang Yuduo duduk.

“Lain kali,” ujar Cheng Ke, “Aku tidak ingin melukis sekarang. Aku sedikit pusing.”

“Tidak,” Jiang Yuduo membalas singkat, “Sekarang.” oSM1Z3

“Kenapa?” Cheng Ke menatapnya, namun tidak melihat sedikit pun ekspresi di wajahnya.

“Hanya karena,” Jiang Yuduo mengetuk meja dua kali, “Aku tidak percaya.”

“Huh?” Cheng Ke masih menatapnya.

“Jangan pura-pura bodoh. Gambar sekarang,” Suara Jiang Yuduo sedikit dingin, “Jangan pernah mimpi untuk keluar dari sini jika kau tidak menggambar.” gIolNW

Cheng Ke sudah tidak terkejut akan sikap dingin dan hangat Jiang Yuduo. Kepalanya sedikit pusing dan ia hanya tidak senang.

Bukan karena Jiang Yuduo memaksanya melukis pasir di tengah malam tanpa sedikit pun sopan satun, namun karena Jiang Yuduo tidak percaya ia bisa melukis pasir.

Please support our translators at langitbieru (dot) com

Meski pun keluarganya tidak peduli, mereka pikir ia hanya bermain-main dan tidak punya keahlian yang tinggi. Namun ia tahu di level mana ia berada. Atau tidak, Xu Ding tidak akan meminta Liu Tiancheng mengundangnya.

Ini adalah satu-satunya titik terang di hidupnya yang tidak berguna. Satu-satunya cahaya yang mencengahnya menjadi orang yang benar-benar tidak berguna meski ia tidak pernah menganggapnya dengan serius. JAf5Vd

“Nyalakan lampunya.” Cheng Ke berdiri dan menyentuh meja yang cukup rata.

Jiang Yuduo bangun dan menyalakan lampu.

Cahaya yang tiba-tiba datang membuat Cheng Ke kebingungan. Sebelumnya ia hanya tertawa. Meski ia tidak berguna, ia tidak akan marah karena seorang pria yang tidak bisa meninju dengan benar.

Mungkin karena mereka minum berdua hari ini. Fz9EGA

Dia melirik Jiang Yuduo, “Pakai bajumu.”

“Kau hanya perlu menggambar. Kenapa kau peduli apakah aku memakai baju atau tidak?” Jiang Yuduo tetap berdiri, menggerakkan alisnya.

“Sopan santun,” Cheng Ke meletakkan lengannya di meja. Melihatnya masih berdiri diam, ia menaikkan suaranya dan berteriak lagi, “Kau akan memakai baju atau tidak?!”

Fuck!” Jiang Yuduo terkejut. Ia menunjuk Cheng Ke dan menatapnya lama sebelum berbalik ke kamar tidur. “Jika aku sudah memakai baju dan kau tidak bisa menggambar, aku akan melepas celanaku dan langsung menidurimu!” 0TetbH

“Kalau aku gambar?” Cheng Ke merasa, karena ia sedang mabuk, ia tidak peduli dengan kebiasaan Jiang Yuduo. Ia mengambil kantung garam itu perlahan dan membukanya lalu meremasnya. Ia meraih beberapa jumput garam dan menggosoknya.

“Kau tidak perlu membayar uang sewa selama tiga bulan.” Jiang Yuduo berbicara dari kamar tidur.

“Aku tidak kekurangan uang.” Cheng Ke menyingkirkan seluruh benda di meja. Meja itu memiliki permukaan kaca hitam dan cukup cocok.

“Sombong,” ujar Jiang Yuduo. yf7oHh

“Tidak masuk akal. Kau akan meniduriku kalau aku tidak bisa menggambar,” Cheng Ke berkata, “Dan aku hanya akan dibebaskan uang sewa selama tiga bulan? Bukankah itu tidak adil?”

“Baiklah,” Jiang Yuduo menghampirinya perlahan. Ia memakai sweatpants, “Karena kau sangat ingin meniduriku, silahkan.”

Cheng Ke tersenyum dan diam saja.

Sebenarnya ia tidak ingin bertaruh, terutama taruhan konyol seperti ini. Dimana ia dan Liu Tiancheng bisa menyebutnya dua ratus lima puluh macam taruhan dalam semalam. FYhB8T

“Kau mau aku gambar apa?” Cheng Ke mengambil segenggam garam dari kantung garam dan menebarkannya dengan perlahan di atas meja. Warna putih menutupi seluruh meja hitam dalam sekejap mata.

“Aku.” Jiang Yuduo tahu dari aksi Cheng Ke menebar garam bahwa ia tidak berbohong.

Read more BL at langitbieru (dot) com

Dari ketidak tahuan Cheng Ke akan pekerjaan rumah tangga, jika seseorang melihatnya menuang air saja, mereka akan berpikir Cheng Ke menggunakan tangan yang salah. Namun, aksinya menebar garam itu sangat terlatih dan keren. Kelembutannya dapat terlihat dalam satu lirikan. Bahkan untuk orang yang tidak mengerti lukisan pasir, setidaknya Cheng Ke mempunyai pengalaman selama 3 tahun di bidang ini.

“Kamu?” Cheng Ke menatapnya. B1sUYf

“Ada masalah?” Jiang Yuduo balas menatapnya, “Tidak bisa menggambar ketampananku?”

“Aku akan menggambar kucing dulu. Aku belum menyentuh ini selama lebih dari satu bulan.” Cheng Ke menunduk dan mengentuk garam yang tersebar di meja, lalu menggambar sebuah lengkungan dengan jarinya. “Tanganku sedikit kaku.”

“Ok.” Jiang Yuduo menjawab, menatap ujung jarinya.

Setelah satu lengkungan, Cheng Ke terdiam sejenak, dilanjutkan dengan lengkungan kedua dan ketiga. Jiang Yuduo sedikit terkejut karena hanya dengan beberapa goresan, ia sudah bisa melihat gambar kucing. Q1Sjue

Cheng Ke mengambil sejumput garam dengan jarinya lagi dan memutarnya perlahan di kepala kucing itu. Sebuah titik kecil muncul di di tengah lingkaran itu. Ia bahkan tidak melihat darimana garam itu datang.

“Proses” itu bahkan tidak bisa ia sebut sebagai sebuah proses karena ia tidak melihatnya dengan jelas. Satu-satunya yang ia lihat adalah ketika Cheng Ke mengambil garam dari kantungnya serta ruang kosong yang tercipta dari sapuan jarinya, atau sebuah garis putih yang lewat.

Penampakan kucing segera terlihat dari ujung jari Cheng Ke perlahan-lahan. Meski itu hanya warna hitam dan putih dan garisnya sangat sederhana, kucingnya terlihat sangat familiar. Ia tidak tahu kenapa, tapi ia dapat mengenalinya dalam satu lirikan. Itu memang kucing.

Cheng Ke menepuk tangannya setelah ia menyelesaikan goresan terakhir dan mendongak untuk menatap Jiang Yu Duo. “Apakah ini bagus?” LiyRnE

“Yeah.” Jiang Yuduo mengangguk.

“Baiklah,” Cheng Ke menyalakan rokok dan meghembuskan asapnya. “Haruskah aku menidurimu sekarang?”

MAAAAAFFFF. Aku sedang menuju UAS dan minggu lalu gak libur QAQ. Maafkan aku. k lXMG

Leave a Comment

For an easier time commenting, login/register to our site!