English

Rumah Penganan - Sarang Kecil ~Chapter 13

0 Comments

“Kenapa ada paprika shishito di sini?”

Agi protes ketika Kase meletakkan piring di meja yang dipasang di teras. Sekarang adalah hari libur mereka dan cuacanya cerah, jadi Agi mengusulkan mereka barbekyuan di luar. Teras balkonnya cukup luas di sini. meP4UF

“Kau harus makan sayuran juga sesekali.”

“Aku makan sayuran. Tapi aku tak mau makan paprika shishito. Jangan katakan sesuatu yang biasa dikatakan pengasuh.”

Please support our translators at langitbieru (dot) com

“Pengasuh?”

“Aku rasa sekarang ini mereka disebut pekerja sosial? Kami biasa menyebut mereka pengasuh. Aku benci paprika shishito, Mutou benci tomat, dan Yuzuru benci labu. Setiap orang punya sesuatu yang mereka benci dan tak mau makan, tapi kita punya pengasuh di panti asuhan yang membuat segala hal yang kami benci dan mengatakan bahwa kami tidak akan tumbuh besar jika memilih-milih makanan. Tapi coba pikirkan. Nutrisi pada paprika shishito tidak hanya ada pada satu jenis sayuran saja. Kalau A tak bisa didapat, jadi dapatkan dari B. Tak perlu memaksa diri untuk memakan yang kau benci.” iIz1ZB

Teorinya cukup logis, tapi juga ada persoalan disiplin di situ. Namun, Kase memilih diam dan mendengarkan.

“Belum lagi, dia bahkan memanggang kukis dari sayuran untukku di hari ulang tahunku.”

Kase tersenyum menyeringai tanpa disadari. Yah, diperlakukan seperti itu bahkan pada hari ulang tahun pastinya sangat menyebalkan. Kase tidak pernah merayakan ulang tahun, tapi dia mungkin akan melewatkan perayaan seperti itu—

Sambil berpikir, tiba-tiba dia menyadari sesuatu. 6LrGBW

“Ah.”

“Apa? Apa yang terjadi?” Agi menoleh pada Kase.

Kase berpikir sebentar dan berkata, “Tak apa-apa.”

“Apa sih?! Aku terganggu jadinya sekarang. Aku benci kalau orang memulai untuk mengatakan sesuatu tapi kemudian berhenti.” H8az9F

“Bukan masalah besar, kok. Aku hanya baru teringat kalau ulang tahunku baru lewat kemarin,” Kase berkata dengan kasar sambil menaruh gelas-gelas di meja.

Dia bukan sosok yang penting—ulang tahun ke-29 seorang laki-laki biasa bukan sesuatu yang patut dirayakan. Kase berusaha untuk bergegas pergi ke dapur.

“Hei, harusnya kau ingat hal-hal seperti ini lebih cepat.”

Kase membalikkan badannya. 7CX2sU

We’re sorry for MTLers or people who like using reading mode, but our translations keep getting stolen by aggregators so we’re going to bring back the copy protection. If you need to MTL please retype the gibberish parts.

“Karena kita sekarang sedang barbekyuan, sekalian saja kita jadikan pesta ulang tahun.”

“Tidak, tak usah, tak apa-apa.”

Kase menggelengkan kepala terkejut, dan Agi menyilangkan lengannya sambil melihat ke arah meja.

“Aku rasa begitu, lagi pula tak ada kue di sini. Dan kau harus mendapatkan kue untuk ulang tahunmu. Kukis dari sayuran sangat mengerikan. Baiklah, aku akan mempersiapkan kue ulang tahun untukmu lain kali, dan kita akan merayakannya.” OfB8xD

Agi terus berbicara tentang kue ulang tahun dengan stroberi dan krim, itu yang wajib ada pada kue ulang tahun, dan memasang lilin sejumlah usianya di atasnya. Kase hanya mendengarkan dengan cemberut.

Kase merasa sangat canggung soal ini. Dia lebih merasa malu daripada senang dan tidak tahu wajah seperti apa yang harus dia pasang. Saat dia sedang menimbang bagaimana cara meresponnya, bel berbunyi.

Langit Bieru.

“Oh, anak itu mungkin sudah sampai.”

Kase berlalu untuk membuka pintu, Chise dan Rio yang ada di sana. FIH0pj

“Hiro-kun, terima kasih untuk und… unadangnya? … hari ini. Ini untukmu.”

Rio menyodorkan satu kotak kecil, tak berhasil mengatakan Terima kasih untuk undangannya.

“Aku membuat creme brulee. Kita makan ini setelah makan malam,” tambah Chise.

Kase membungkuk sedikit tanpa berkata-kata. Mereka sudah bekerja bersama setiap hari, dan akhir-akhir ini dia semakin terbiasa dengan mereka, namun melihat mereka seperti ini di hari libur mereka mengembalikan kegalakannya. Chise berjalan menuju teras seolah dia sudah terbiasa melakukannya, dan Kase berjalan ke dapur untuk menyimpan makanan penutup itu di lemari es. VogsK4

“Hiro-kun, Hiro-kun, mana kucingnya?” Rio bertanya sambil menarik baju Kase.

Kase melihat sekeliling dapur. Si kucing sudah tinggal beberapa hari di sini sekarang, dan dia akan selalu berada di dekat Kase. Saat ini dia sedang bersembunyi di ruang antara lemari es dan keranjang penyimpanan.

“Di sana,” Kase menunjuk, dan Rio berlari ke arah itu.

“Oooh!” mrwbXn

Si kucing ketakutan dan berlari keluar dari ruang itu untuk memanjat tubuh Kase. Dia menggunakan cakarnya untuk mengait di kain bajunya, rasanya menyakitkan.

“Wow! Dia cepat sekali. Kakinya sudah pulih.”

Si kucing sudah memanjat hingga bahu Kase yang tak bisa diraih oleh tangan Rio. Dia menggunakan kaki depan untuk bersender pada kepala Kase. Kase merasa sakit apalagi kucing itu berat sekali. Dia mencoba untuk menarik si kucing dari kepalanya, tapi kucing itu malah semakin erat menempel padanya.

Agi muncul di dapur. “Wow, ada apa ini? Dia seperti pilotmu.” a9lmjP

Dia memegang kaleng bir di tangannya dan tertawa ketika melihat si kucing menempel di kepala Kase.

Chise juga menengok mereka di dapur dan tertawa, “Ya, ampun.”

“Hey, sini. Aku lepaskan dia darimu.” Agi melambai pada Kase seperti kucing sambil tertawa.

Kase memunggungi Agi dengan gusar. QzrYux

“Sini, tukang ngompol di karpet, kemari~”

Agi mengulurkan tangannya, dan si kucing menggeram padanya. Kucing itu hampir sembuh dari luka-lukanya, tapi dia masih belum terlalu menghiraukan Agi. Setiap kali Agi meraihnya, si kucing semakin menempel di kepala Kase, dan semakin sakit rasanya.

Story translated by Langit Bieru.

“Aw, aw, aw. Biarkan saja. Aku sendiri yang akan melakukannya nanti.”

“Meskipun kau tahu kau tidak bisa.” FPUdrV

“Lebih baik daripada kau yang melakukannya untukku.”

“Apa? Kau membantahku? Oy, kucing, kencingi Hiroaki mumpung kau di situ.”

“Kau satu-satunya yang jadi sasarannya.”

“Kau tak lucu. Aku harusnya melempar dua kucing ini dari balkon.” jQDVpe

Saat mereka berdebat, si kucing melompat sendiri dari kepala Kase. Dia menggunakan bahu Kase sebagai tolakan, dan Agi menahan Kase sewaktu dia terhuyung karena tenaga lompatan itu. Rio mengejar si kucing, tapi dia bisa melarikan diri lagi.

“Ma, kucing itu benar-benar mencintai Hiro-kun, ya? Dia tidak mau siapapun menyentuhnya kecuali Hiro-kun. Padahal aku juga memberinya roti. Dia tak adil karena tak mengizinkan aku membelainya.”

Rio menggembungkan pipinya pada kucing yang sudah bersembunyi di antara lemari es dan keranjang lagi.

“Yah, hanya karena kau memberinya roti, bukan berarti secara otomatis dia akan menyukaimu. Kalau kau memberi sesuatu, yang memberi saja. Tak lebih. Itulah makanya kau seharusnya tidak mengharapkan balasan apapun.” wmvs3h

“Tapi aku rasa dia seharusnya setidaknya membolehkan aku membelainya.” Rio masih merasa kecewa.

Chise tertawa dan mengedikkan bahunya.

“Yah, dia memang kucing yang kikir, kurasa. Tapi kalau kucing itu hanya mencintai satu orang di seluruh dunia, maka untuk orang itu, si kucing pasti lucu luar biasa. Benar kan, Agi-san?”

“Kenapa kau bertanya padaku?” xS7Y6w

“Tak ada alasan. Hanya saja pasti menyenangkan memiliki seekor kucing yang menyukaimu.” Perkataannya penuh makna.

Agi mendengus seolah berusaha menyembunyikan rasa malu.

Kase menyimak keduanya berbincang di belakangnya saat dia meletakkan makanan penutup di lemari es. Lalu, dia membuat saus untuk salad—dengan menambahkan minyak zaitun, garam, merica, bawang putih, dan jus lemon. Serta sedikit gula. Dia meneteskan sedikit saus itu di belakang tangannya kemudian menjilatnya. Sempurna.

“Ah!” Rio berseru. “Hiro-kun, biar aku yang mencicipinya, biar aku cicipi.” aRBP6J

Waduh. Dia membumbuinya sesuai dengan pengecap di lidahnya sendiri.

“Maaf, bisa kau bantu aku?”

Story translated by Langit Bieru.

“Iya.”

Rio menghampirinya, menyendok saus dengan sendok kecil, dan mencicipinya. tdav1L

“Hah?” Rio memiringkan kepalanya dengan bingung dan mencicipinya sekali lagi. Lalu dia mendekati Agi dan mengulurkan sendok sausnya.

Kase bertanya-tanya, jangan-jangan pengecap di lidahnya memburuk kondisinya. Agi mencicipi saus itu sementara Kase menyaksikan dengan kuatir.

“…Hmm? Ini lumayan enak. Sedikit asin, tapi okay.”

“Coba,” Chise berkata dan mencicipinya di sebelah Agi. OF1YlK

“Oh, benar,” dia tersenyum. “Kase-kun, ini luar biasa. Benar-benar normal dibanding sebelumnya.”

Kase bingung. Kenapa sekarang baik-baik saja? Apa suplemen zinc-nya berhasil?

Rio menarik baju Kase. “Hiro-kun, ini kabar bagus. Aku senang kau sudah sembuh dari sakitmu.”

Agi dan Chise juga berkata bahwa perubahannya hebat. Semua orang tersenyum senang padanya. Semua itu untuk seorang asing sepertinya— M9DLdS

“…T-Terima kasih,” Kase bergumam pelan sambil menunduk.

Dia tidak tahu kenapa dia harus berterima kasih pada semuanya. Dia tidak tahu kenapa, tapi dia merasa suplemen zinc itu sama sekali tidak berhubungan dengan perubahan pada pengecap di lidahnya.

Leave a Comment

For an easier time commenting, login/register to our site!