Yang Ke, dengan mata merah, memandangi bagian-bagian di dalam kotak di hadapannya dengan membisu.
Sejak kembali ke labnya kemarin siang, dia sudah mempersiapkan sesuatu untuk diperlihatkan pada Master Yan. Dia harus mempersiapkan produk akhir yang dapat dengan sempurna memperlihatkan kemampuannya.
Selain itu, dia sudah meminta Ling Xu untuk membantunya, tak dapat diterima jika dia gagal lagi. Namun, percobaan yang biasanya berjalan lancar sekarang menjadi sedikit sulit baginya memproduksi sesuatu.
Sekarang setelah dia dapat dengan lancar merakit dan mengelola bagian-bagian Kelas 1 dalam sembilan belas langkah, dapat dikatakan tak seorang pun seangkatannya yang dapat melampauinya. Satu, mereka tidak memiliki tingkat dan kemampuannya, dan dua, mereka tidak seberuntung dirinya yang dapat berada dalam tempat seperti ini.
Tapi membawa sesuatu seperti ini pada Master Yan?
Meskipun harus diserahkan pada Di Jia terlebih dulu, Yang Ke merasa itu tidak cukup. Tujuannya adalah membuat Master Yan memandangnya secara berbeda. Sejak Ling Xu pergi kemarin, Yang Ke telah memikirkan tentang apa yang dapat dipersiapkannya untuk membuat Master Yan yang eksentrik itu terkesan padanya dan mengakui bahwa siswa sepertinya tidak perlu diperiksa dan dinilai.
Tapi semakin dia berusaha membuat sesuatu yang luar biasa, semakin sulit untuk memikirkannya. Yang Ke tahu, dia sudah terlalu tinggi memikirkan dirinya sendiri, dan dia begitu cemas sehingga tidak merasa ingin melakukan apapun sampai dapat menyelesaikan masalahnya.
Dengan bakat dan kerja kerasnya, dia dapat memasuki sekolah yang terkenal di dunia dan kemudian didukung oleh keluarga seperti PDG, yang bahkan tak berani dibayangkan oleh siapapun. Yang Ke selalu menjadi kebanggaan keluarga dan orang yang menerima paling banyak perhatian.
Yang Ke bimbang sejenak, tapi akhirnya bercerita pada keluarganya. Ibu dan adik perempuannya tak dapat berbuat banyak untuknya kecuali menghibur dan menyemangatinya. Ayahnya mengernyit dan menyalakan rokok setelah mendengarkan persoalannya.
Ayahnya hanya bersikap seperti ini ketika sedang merasa khawatir atau bermasalah, tapi Yang Ke tak dapat mengendalikan soal ini dan tersenyum pada ayahnya sambil mengatakan tak apa-apa.
Dia tahu keluarganya bergantung pada ayahnya untuk hidup, dan hanya karena kerja keras ayahnya dirinya dan adiknya memiliki kesempatan untuk belajar. Ayahnya bekerja dalam pabrik kecil bagian meka, yang pekerjaannya berat dan sangat sulit. Meskipun pendapatannya tidak rendah, karena jam bekerjanya lebih panjang daripada yang lainnya, keluarganya tidak begitu berada karena mereka memiliki dua anak yang sedang bersekolah.
Meskipun biaya sekolahnya sangat rendah dan sekolah memberinya beasiswa dengan jumlah tertentu, tapi masih sangat mahal baginya untuk memasuki sekolah yang terkenal.
Untuk menumbuhkembangkan bakat-bakat, negara mensubsidi Akademi Santo Miro, dan hampir setiap makanan di kantin sekolah mengandung sayuran dan daging alami. Meskipun harganya jauh lebih rendah daripada di luaran, biaya makan bulanannya masih mencapai sepuluh ribu koin federal.
Dia pernah mencemaskan biaya pembelian bagian-bagian, tapi sekarang keluarga PDG membantunya menyelesaikan masalah itu.
We’re sorry for MTLers or people who like using reading mode, but our translations keep getting stolen by aggregators so we’re going to bring back the copy protection. If you need to MTL please retype the gibberish parts.
Bahkan orang tua Yang Ke, agar orang-orang di kampus tidak memandang rendah padanya, berusaha membelikannya sandang bermerek terkenal.
Meskipun Yang Ke mengatakan tak peduli, dia tetap merasa lega karena orang tuanya bersikeras. Itu memang membantunya terlihat tidak begitu berbeda dari yang lainnya di sekolah, sehingga selain dari pandangan-pandangan mengagumi dan mencemburui, dia jarang melihat penghinaan atau sarkasme.
Tak seperti seseorang tertentu, Yang Ke memikirkan Luo XiaoLou yang kacau di awal tahun ajaran sekolah dan merasakan kepuasan yang hebat.
Pada saat ini, ayahnya, yang sekian lama membisu, mendadak mematikan rokoknya dan berkata padanya, “Xiao Ke, ikut denganku.”
Yang Ke, yang merasa aneh, bangkit berdiri lalu mengikuti ayahnya ke dalam kamar serba guna dalam apartemen. Di sana, selain barang-barang yang diatur dengan baik, ada satu meja dengan bagian-bagian meka di atasnya.
Itu yang terkadang dipergunakan ayahnya untuk latihannya sendiri, dan dia belum pernah memasukinya lagi sejak Yang Ke masuk SMA.
Ayahnya mengambil satu set bagian dari laci lalu berkata padanya, “Perhatikan ini.”
Kemudian perakitan dimulai, dan lima belas menit kemudian, bagian itu sudah dirakit dengan sempurna. Ayahnya menempatkan bagian-bagian itu di meja dan kemudian menatap Yang Ke, “Apa kau mengerti?”
Yang Ke terlalu tertegun untuk berbicara. Dia sudah menguasai bagian Kelas 1 yang sederhana itu. Tapi karena itulah dia menyadari, ayahnya menggunakan metode perakitan yang sepenuhnya berbeda dan lebih efisien!
Bagaimana mungkin ada cara untuk melakukannya seperti ini? Bagaimana mungkin ada perubahan namun sangat mudah untuk dimengerti? Intinya adalah mustahil siapapun dapat memikirkan langkah ini.
Pemikiran yang sangat brilian!
Ayahnya menyalakan rokoknya lagi dan menatap Yang Ke, “Aku memperlihatkan metode ini padamu untuk memberimu inspirasi, cobalah sendiri.” Dia tak tahu kenapa, tapi ayahnya jelas merasa tertekan saat mengatakannya.
Yang Ke sepenuhnya kembali pada kesadarannya dan memandang ayahnya dengan bersemangat, “Apa ini — apa ini ayah —” Yang Ke menghormati dan menghargai ayahnya. Karena ayahnya lah dia menyukai bagian-bagian meka sejak masih kecil, tapi ketika sudah dewasa, dia tak pernah memasuki bengkel tempat ayahnya berlatih.
Ini karena dia memahami status sosial pekerjaan ayahnya, sehingga bahkan Yang Ke tidak menginginkan ayahnya hadir di sekolahnya. Dia bertanya-tanya apakah ayahnya menyadari hal ini, karena bahkan meskipun merasa bangga terhadap sekolahnya, dia tak pernah menyebutkan putranya mendaftar di Akademi Santo Miro.
Dia selalu merasa dirinya akan naik lebih tinggi daripada ayahnya, bahwa dia akan menjadi pembuat meka yang top, yang membuat meka-meka istimewa bagi para pejuang meka yang berada di kelas tertinggi.
Ayahnya memperlihatkan konsepsi tak kentara karena merasa khawatir, sesaat Yang Ke merasa sedikit bersalah dan terkejut.
“Tidak, bukan aku yang membuatnya lebih baik, tapi seorang rekan kerjaku.” Ayahnya mengibaskan tangannya, menepis perkataan Yang Ke. Alisnya masih mengerut, dan setelah berpikir sejenak, dia berkata, “Ke, baiknya kau mengetahui ini untuk dirimu sendiri, jangan biarkan orang lain melihatnya.” Wajah tersenyum anak muda itu muncul di benak orang tua ini. Anak muda itu telah membantunya dengan begitu antusias, tapi dirinya sendiri tak dapat menyimpan rahasianya demi putranya. Ayah — Yang Tua demikian dalam menyalahkan dirinya sendiri.
“Seorang pekerja dapat melakukan hal ini…” Yang Ke tercenung, memang terinspirasi, tapi merasa lebih hancur. Jika seorang pekerja pabrik dapat melakukannya, kalau begitu siapa dirinya, anak dari surga ini?
“Ayah, siapa pekerja ini? Apa yang lainnya tahu dia sudah memperbaiki bagian itu?” Yang Ke menatap ayahnya dengan mata yang ruwet.
“Tidak, dia tak ingin siapapun tahu, dan aku ingin kau menjaga rahasianya. Jika bukan untukmu, aku benar-benar tak punya muka untuk membiarkan orang ketiga tahu,” Yang Tua berkata dengan murung.
Yang Ke sebenarnya ingin bertemu dengan pekerja itu, tapi tak peduli seberapa sering bertanya, ayahnya tak mengatakan siapa dia. Setelah mengitari ruangan itu beberapa kali, mata Yang Ke menyala dan dia berkata perlahan, “Ayah, jika dia tak ingin orang lain tahu, pasti ada alasannya, jadi jangan beritahu siapapun lagi kecuali aku. Kalau ada kesempatan, ayah juga seharusnya menyarankan pekerja itu untuk tidak memberitahu siapapun lagi, karena mungkin bisa memberi masalah padanya.”
Yang Tua menatap Yang Ke dengan terkejut. Meskipun dia tak tahu masalah apa yang dapat ditimbulkan, dia tak akan pernah memberitahu siapapun lagi soal ini. Jika bukan untuk memberi inspirasi pada putranya, dia tak akan menyerahkan wajah tuanya. (c.t.: mengingkari janji sehingga merasa malu)
Hari ini, Yang Ke membawa bagian itu ke Kelompok Kane tanpa memberitahu ayahnya.
Semakin memikirkannya, dia semakin menyadari bahwa rancangan itu begitu tak kentara sehingga tak satupun yang mampu dipikirkannya dapat dibandingkan dengan konsepnya.
Yang Ke dengan marah merasa sedang beralih dari satu oksimoron ke oksimoron lainnya, dan dia tak punya kepercayaan diri — tapi kenapa tidak memberikan bagian itu pada Di Jia?
Yang Ke tahu ini tak benar, tapi pemikiran ini tak dapat ditarik kembali.
Itulah yang menyebabkan rasa sakit Yang Ke pagi sekali di hari Minggu.
Akhirnya, Yang Ke menggigit pelurunya dan memutuskan untuk memberikan bagian itu dan metode perakitannya pada Di Jia. Dia sudah memeriksa di jejaring virtual, tapi belum ada yang menyertifikasi metode perbaikan ini. Jika dia menyertifikasinya lebih dulu, tak akan ada gunanya jika orang lain menemukannya. Selain itu, pekerja itu jelas tidak akan menyertifikasinya.
Dia — dia hanya merasa harus melakukannya. Dia hanya menginginkan kesempatan yang lebih baik untuk mempelajari dan mengambil keuntungan dari metode pekerja tak bernama itu. Tidak akan merugikan pekerja itu sama sekali, sebaliknya ini akan menjadi titik balik baginya yang dapat mempengaruhi kehidupannya. Dia akan merasa sangat bersyukur pada pekerja itu, dan jika mungkin, saat sudah terkenal, dia akan menanyai ayahnya untuk lebih mempedulikan pekerja itu, meskipun artinya memberinya uang…
Dengan pemikiran seperti itu, Yang Ke akhirnya bangkit, membawa bagian itu dan berjalan keluar.
Di Jia menerima Yang Ke di dalam kantornya. Dia tidak menyangka dalam waktu satu malam, Yang Ke sudah mempersiapkan sesuatu. Dia mengubah pikirannya soal siswa rapi dan terhormat yang ambisius, yang setidaknya bersedia bekerja keras dan melakukannya dengan sepenuh hati.
Ketika membuka kotak itu, di depannya terdapat bagian meka Kelas 1 yang sudah sangat dikenalnya — Bagian 05.
Di Jia menatap Yang Ke, yang sedang tersenyum tipis dan merakit bagian yang masih belum dirakit, menyelesaikannya dalam waktu dua belas menit, sedikit lebih cepat daripada yang sudah dilakukan oleh ayahnya.
Saat menyerahkan produk akhirnya pada Di Jia, Yang Ke mengangkat dagunya. Kali ini Master yang eksentrik itu juga pasti akan terkesan!
Dia harus menjadi murid Master Yan, dan kemudian menjadi pembuat meka eksklusif bagi Ling Xu.
Wajah Di Jia masih tetap tak berubah, tapi jantungnya melecutkan gelombang, ini — ini rancangan perbaikan Luo XiaoLou.
Dia mengukur kepercayaan diri Yang Ke dan berkata sambil tersenyum, “Benar-benar menakjubkan, apakah ada rencana perubahan lainnya?”
Yang Ke menatap Di Jia dengan terkejut dan berkata, “Saya menghabiskan waktu sepanjang malam memikirkan ini, maaf saya tidak menghasilkan cara lebih banyak untuk diperiksa oleh Kepala Seksi.”
Mata Di Jia di balik lensa kacamatanya berkilat dan sambil tersenyum lebar, dia berkata, “Saya begitu terkejut sehingga meminta terlalu banyak, bagaimanapun ide yang baik sangat langka. Saya akan membawanya pada Master Yan untuk penelitiannya, Anda dapat kembali pada pekerjaan lebih dulu.”
Sambil mengawasi punggung Yang Ke, Di Jia menyingkirkan senyuman di wajahnya dan menyalakan komunikator.
