English

Rumah Penganan - Sarang Kecil ~Chapter 15

0 Comments

“Oh, ya ampun~ Mereka berdua seperti kakek-kakek dengan kaki terkubur di pasir begitu.”

“Paman dan Hiro-kun serasi~” oMebsO

Setengan terbangun, Kase mendengar suara Chise dan Rio dari kejauhan.

“Hhh… Apa? Kalian berdua sudah pulang?”

Read more BL at langitbieru (dot) com

Kase merasakan Agi terbangun di sebelahnya. Dia masih ingin tidur, tapi bagaimana lagi. Kase membuka matanya di bawah cahaya siang yang menyilaukan.

“Kalian berdua akhirnya bangun, ya~” Kd0hxa

Begitu Agi duduk, Rio berteriak, “Hore!” dan melompat ke pangkuan Agi yang masih belum sepenuhnya sadar.

Agi mengerang, “Kau dingin.”

Tetesan-tetesan air berterbangan, dan Kase mengedipkan matanya.

“Rio, kau bau rumput laut,” keluh Agi. Sv7LfR

Air beraroma laut menetes dari ujung-ujung rambut Rio.

“Itu karena aku banyak berenang. Paman, aku lapar.”

“Iya, sudah tengah hari ini. Oke, ayo ke rumah pantai.”

Agi berdiri sambil menggendong Rio. dXV3I2

“Aku mau oden, takoyaki, dan es serut. Dan hotdog yang besar juga.”

“Kau anak kecil yang rakus. Kau tak akan bisa makan semuanya.” Chise memencet hidung Rio di gendongan Agi.

“Eh, tak apa-apa, kan kita ada di pantai.”

“Apa bedanya di pantai yang membuatnya tak apa-apa?” hRqrow

Mereka hanya membawa barang-barang berharga, lalu sambil bercakap-cakap berjalan ke arah rumah pantai bersama. Mereka memesan makanan dan mencari tempat duduk yang kosong, tapi ketika mereka melihat sekeliling, semua mejanya penuh. Waktu makan siang membuat tempatnya penuh.

“Karena kita di pantai, bagaimana kalau kita duduk dan makan di atas pasir? Gimana, Rio?”

“Ya, aku mau makan di atas pasir.”

Saat itulah seseorang di belakang mereka berkata, “Permisi.” Kase membalikkan badan, dan melihat seorang anak muda mengenakan kaos dan celemek dengan logo rumah pantai. Pemuda itu tersenyum sambil menunjuk satu tempat kosong. CDoqQ5

“Kalau Anda tidak keberatan berbagi tempat dengan orang lain, ada satu tempat duduk kosong sebelah sana.”

“Satu?” Kase bertanya, tak mengerti maksud pemuda itu.

Story translated by Langit Bieru.

We’re sorry for MTLers or people who like using reading mode, but our translations keep getting stolen by aggregators so we’re going to bring back the copy protection. If you need to MTL please retype the gibberish parts.

Ketika Agi dan yang lainnya berbalik, pemuda itu berseru, “Oh,” dengan mulut terbuka.

“Maafkan saya. Jadi Anda bersama dengan keluarga ini. Saya pikir Anda di sini sendirian.” AgsfhN

Kase memandanginya dengan tatapan kosong saat pemuda itu menggaruk kepala karena malu lalu pergi. Pria dari kios penyewaan ban sebelumnya juga berpikir bahwa Agi dan yang lainnya adalah satu keluarga. Seorang ayah, seorang ibu, dengan anak mereka. Satu unit. Satu keluarga. PadahalKase berjalan tidak terlalu jauh dari mereka, tapi dia tidak dianggap bagian dari mereka.

Agi-san dalam kelompok yang berbeda denganku?

Hatinya terguncang. Kase memalingkan muka dari mereka.

Akhirnya, mereka tidak dapat menemukan meja kosong lalu memutuskan kembali ke pantai dan makan di sana. Seorang perempuan muda berjalan ke arah mereka dengan baki di satu tangan sambil menerima telepon dengan tangan lainnya. Dia hampir tidak memperhatikan jalan di depannya. Ketika Chise mencoba menarik tangan Rio, perempuan itu sudah tersandung kaki Rio. X7jY L

“Ahhh!”

Baki yang dibawa perempuan itu miring sehingga gelas plastik di atasnya bergeser dan kemudian jatuh. Ternyata gelas plastik itu berisi udon. Air kaldu dari dalamnya tumpah ke sekujur badan Rio, yang langsung menangis karena merasa terbakar.

“Rio!”

Ekspresi Chise berubah. Dia berusaha mengelap mi panas dari kepala Rio. Staff rumah pantai bergegas menghampiri sambil membawa handuk basah, tapi Agi menggendong Rio dan berlari ke pancuran yang berada di sebelah bangunan rumah pantai. Dia menyemprotkan air ke seluruh tubuh Rio sambil berkata, “Sudah, tak apa-apa, tak apa-apa.” D8mWf0

Sedikit demi sedikit Rio menjadi semakin tenang sampai yang terdengar kemudian hanya isakannya. Dia memeluk leher Agi untuk menenangkan diri sementara Chise dengan lembut membelai punggungnya dan berkata, “Sudah, sudah.”

Kase menyaksikan mereka dari jarak yang tak terlalu jauh. Dia tak tahu harus melakukan apa saat ini, dan dia membeku di situ seperti seorang yang dungu. Sekarang dia tak bisa mendekati “keluarga” itu.

“Ngapain aja sih? Aku menunggumu, tapi kau lama sekali.”

Kase membalik ke arah suara laki-laki yang terdengar jengkel. aZHJ3c

“Oh, maaf. Aku tadi menubruk anak kecil dan menumpahkan udonnya.”

Perempuan itu memandang bergantian ke arah laki-laki itu dan Rio dengan rasa kuatir.

“Apa? Kau memang ceroboh.”

Laki-laki itu tertawa seolah kejadian itu lucu lalu merasakan tatapan Kase yang berdiri di dekat situ ke arahnya. ls5TAV

“Oh, dia bersama orang-orang yang bertubrukan denganku…”

“Oh, begitu? Kalau begitu, kau harus mengganti rugi pada kami.”

Please visit langitbieru (dot) com

“Mengganti rugi padamu?”

“Iya, apa lagi? Aku tak bisa makan sesuatu yang sudah tumpah di lantai.” nghjW7

“Hei, hentikan. Dari sudut pandang semua orang lain, aku yang salah di sini.”

Perempuan itu dengan panik mencoba untuk menghentikan laki-laki itu.

“Dengar, serahkan saja padaku. Hei, kau akan bayar, kan?”

Orang yang menjengkelkan seperti laki laki ini memang ada di mana-mana. WgKPDV

“Cepat,” laki-laki itu mengancam sambil menyeringai. Kase menatap rendah laki-laki itu dengan pandangan dingin ketika bahunya ditepuk dari belakang. Agi dan yang lainnya sudah menghampirinya.

“Ayo pergi. Jangan dengarkan orang bodoh seperti dia.” Agi bicara sambil menunjuk orang itu dengan dagunya. “Ayo.”

Kase mengikuti Agi.

“…Oy, tunggu. Kau barusan bilang aku apa?” eLd3oh

Laki-laki itu mencengkeram tudung baju Agi. Bagian depan jaket itu tidak ditutup risletingnya, jadi ketika ditarik langsung terlepas dari bahunya. Dia segera melepas tudung yang ditariknya seolah ditangkis oleh sesuatu yang muncul di sana.

Yang muncul adalah tato yang memenuhi seluruh bagian punggungnya.

Tato bergambar tiga naga yang saling berbelit dengan desain yang rumit. Tato itu tidak tampak seperti tato yang akan didapat seseorang untuk bergaya.

“Eh… A-Aku minta maaf.” bEKx0g

Suara laki-laki itu gemetar, dan orang-orang di sekitar yang penasaran juga mengawasi dengan gugup.

“Aku sungguh-sungguh minta maaf. Tolong maafkan aku.”

Agi tak mempedulikan laki-laki yang membungkuk-bungkukkan kepalanya sambil meminta maaf. Dia hanya mengenakan kembali bajunya dan beranjak pergi. Ketika kembali ke alas pantai mereka, staff administratif lokal mendatangi mereka. Dia memberitahu mereka dengan menyesal bahwa ada peraturan yang melarang orang bertato di pantai ini.

“Kami mengerti, kami akan pergi,” kata Chise. jFkqrZ

“Hah?” Rio menoleh padanya terkejut. “Kenapa? Kenapa? Sekarang masih waktu makan siang. Aku baru berenang sebentar. Dan setelah makan siang, seharusnya aku membangun terowongan pasir dengan Ibu, Paman, dan Hiro-kun. Kau sudah berjanji.”

“Rio, jangan berulah. Kau sudah bukan bayi lagi.”

Story translated by Langit Bieru.

“T-Tapi…”

Mata Rio digenangi air mata. Dia sudah menunggu hari ini sejak lama, untuk bermain dengan ibunya dan Agi sepanjang hari. Rio biasanya tidak pernah merengek, jadi sekarang ini dia terlihat lebih menyedihkan. cI2tV9

“Rio, aku minta maaf, ini salahku. Aku akan bawa kau ke pantai lain nanti.”

Rio menatap Agi dari balik air matanya dan mengangguk.

“T-Tak apa-apa. Ini bukan salahmu, Paman. Aku minta maaf sudah merengek.”

Terlihat jelas Rio berusaha keras untuk membuat Agi merasa lebih baik. yFheO3

Chise menggendong Rio saat dia bicara sambil menangis.

“Sudah, sudah. Rio, kau anak baik. Ibu sangat sayang padamu dan kau sangat baik.” Chise menggosok-gosokkan pipinya dengan pipi Rio.

Agi tersenyum kecut dan mulai membereskan barang-barang mereka untuk bersiap pergi.

Kase mencuri pandang ke arah Chise saaat dia menutup payung-payungnya. Chise tampaknya tahu soal tato Agi. Dia tidak terlihat terkejut soal itu sebelumnya. I9Nwut

Apakah Agi pernah menjadi yakuza?

Kalau memang pernah, masuk akal jadinya. Agi tampaknya sudah mengalami banyak hal di masa lalu yang tak ingin diungkapnya.

Kalau begitu apa Chise tahu segala sesuatu tentang Agi?

Tapi Kase tidak tahu apa-apa tentang Agi. Bukannya dia perlu tahu. Tapi…. mb62wv

Kau pria beruntung mendapatkan istri yang begitu cantik. Ditambah dengan seorang anak yang menggemaskan.

Saya pikir Anda di sini sendiri.

Kegelisahan yang tak dikenal mulai mengakar di dalam dadanya.

Agi menyetir di perjalanan pulang, Chise dan Rio duduk di kursi belakang. Seperti yang sudah dia katakan tadi di pantai, Agi mengambil jalan lokal dan tidak masuk jalan tol. FDBkd0

“Tapi lebih cepat lewat tol. Dan di jam-jam ini jalanan juga tidak ramai.”

“Sudah, sudah~ Karena kita sudah jauh-jauh jalan kemari, lebih baik mengambil jalan yang lebih santai sambil jalan pulang.”

Please visit langitbieru (dot) com

Itu saja yang dikatakan Agi, tapi bahkan di jalan lokal, dia memastikan mengambil jarak cukup jauh dengan mobil yang berada di depan mereka, selalu berada di jalur paling kiri, dan jarang berganti jalur.

Karena kesenangan Rio terpotong di pantai, di perjalanan pulang, mereka berhenti di aquarium untuknya. Rio benar-benar merasa lebih baik ketika menonton pertunjukan lumba-lumba, yang membuat Agi merasa lebih baik juga. lAQi3W

Hari sudah sore ketika mereka meninggalkan aquarium. Begitu masuk ke dalam mobil, Rio dan Chise langsung tertidur. Langit musim panas mulai berganti warna dari biru menjadi merah jambu muda.

“Kalau lelah, kau boleh tidur juga,” Agi berkata padanya dengan mata tetap menatap jalanan.

“Tidak apa-apa. Aku tak lelah.”

“Kalau begitu tolong beri aku permen karet, ya? Yang warna hitam, aku ingin tetap terjaga.” B7F8mD

Kase mengeluarkan sepotong permen karet yang disimpan di tempat penyangga botol minum. Dia memberikannya pada Agi, yang memintanya untuk membukakan bungkusnya dulu. Kase membuka bungkus kertas timah dan mengeluarkan permen karet berbentuk persegi panjang. Dia mengulurkannya sementara Agi tetap menjaga matanya untuk melihat jalanan tapi mendekatkan wajahnya dan membuka mulut sambil mengucap, “Aaa.”

Kase tak bisa menghindar, jadi dia dekatkan permen karet itu ke mulutnya, lalu Agi menggigit permen karet itu, menyentuh sedikit ujung jarinya. Terasa sengatan yang menjalar di sepanjang syarafnya hingga mencapai kedalaman di dadanya yang tak dapat dia sentuh.

“…Agi-san.”

“Hmm?” lpj2Xr

Agi memiringkan kepala supaya dapat menjaga matanya ke arah jalan di depannya. Tapi, Kase sama sekali tak tahu apa yang ingin dia katakan padanya.

“… Sebenarnya, aku merasa sangat lelah. Aku ingin tidur sebentar.”

Kase menyandarkan wajahnya ke kaca jendela dan berpura-pura tidur.

Dia mengintip langit dengan matanya yang setengah terbuka, menyaksikan perubahan warna sepenuhnya. zDq9TX

Langit senja merupakan perpaduan antara biru dan merah jambu. Sesuatu di dalam dirinya juga berubah warna. Terkurung di dalam mobil seperti ini menyesakkannya. Dia ingin melompat keluar sekarang juga. Tapi, dia juga ingin tetap berkendara ke mana pun mereka pergi.

Kase dapat melihat bayangan hitam bianglala di kejauhan. Sambil memandangi langit yang cantik, dia mendengarkan suara debaran jantungnya.

Leave a Comment

For an easier time commenting, login/register to our site!