English

Rumah Penganan - Sarang Kecil ~Chapter 16

1 Comment

Sesuai permintaan Rio, mereka makan malam di restoran keluarga lokal. Waktu menunjukkan pukul 8 ketika Kase dan Agi tiba ke apartemen. Mereka menaruh barang-barang dekat pintu masuk, lalu Agi membalikkan badan menghadap ke arahnya.

“Hiroaki, apa kau baik-baik saja? Kau seperti kehabisan tenaga sejak makan malam.” dOha80

“… Aku tak apa-apa.”

Kase tetap menundukkan kepalanya untuk menghindari kontak mata dan melepas sepatunya. Kase terdiam sepanjang perjalanan pulang, tapi Agi memperlakukannya dengan baik tanpa terlihat tersinggung sedikitpun oleh perilakunya.

Story translated by Langit Bieru.

“Aku rasa perjalanan dengan mobil benar-benar mengurasmu. Kau harus istirahat lebih awal malam ini.”

Kase melompat mundur dengan kaget ketika Agi tiba-tiba membelai rambutnya. Dia begitu kaget sampai punggungnya membentur pintu depan lumayan keras. Agi membelalakkan mata, sementara Kase segera menundukkan kepalanya. ZTE5AM

“… Apa kau teringat pada kecelakaan itu?”

Agi maju selangkah ke arah Kase, dan ujung kakinya memasuki area pandang Kase. Kase ingin mundur, tapi punggungnya sudah menempel di pintu dan tak bisa bergerak lagi. Dia tidak ingin Agi lebih mendekatinya lagi. Dia merasa terdesak dan ingin berteriak.

“Maafkan hari ini. Aku tak tahu situasimu, dan kami tidak berpikir panjang saat mengajakmu jalan keluar.”

Bukan. Bukan itu. Kase menggelengkan kepalanya. Tapi dia tidak tahu apa yang membuatnya begitu resah. Saat Kase berdiri membisu dengan kepala menunduk begitu, Agi menyelusupkan jarinya di antara rambutnya lagi. wPlXsK

“Kalau kau merasa kurang baik, mungkin kau harus tidur? Mandi berendam cukup lama mungkin juga bisa membantu.”

Agi menggunakan suara seperti membujuk anak kecil, dan dalam sekejap, emosi yang begitu kuat meluap di dalam diri Kase. Dia ingin Agi menyentuhnya lebih lama. Lebih banyak lagi. Dia ingin Agi membelai kepalanya. Dia ingin Agi menyelusupkan jemari di antara rambutnya. Dia ingin Agi memeluknya. Emosinya meluap dari dalam seperti air panas dari mata air bawah tanah yang melimpah keluar tanpa henti.

“…Agi-san.”

“Hmm?” 6bpwxm

Kase memanggilnya, tapi tak ada suara yang keluar dari mulutnya.

“Ada apa?”

We’re sorry for MTLers or people who like using reading mode, but our translations keep getting stolen by aggregators so we’re going to bring back the copy protection. If you need to MTL please retype the gibberish parts.

Meskipun Agi bertanya, tapi tekanan di dadanya begitu menyesakkan, dia tak mampu bicara.

Mereka saling berpandangan, hanya waktu yang bergerak maju di antara mereka. Ketidaksabaran mendorong punggung Kase, lalu dia mendekatkan wajahnya dan mencium Agi. BIuoWY

Dia tidak ditolak meskipun satu detik, dua detik, dan lebih lama waktu sudah berlalu.

Ketika Kase menarik bibirnya kembali, Agi menatap kosong.

“… Apa yang barusan terjadi?”

Kase baru saja menciumnya, tapi tampaknya Agi sama sekali tidak terpengaruh. Reaksi Agi merisaukannya. xCeAEy

“Aku tak tahu,” Kase menjawab kesal. Dia benar-benar tidak tahu. Kapan? Di mana? Bagaimana? Bagaimana perasaan ini bisa berkembang? Tapi sekarang dia sudah memilikinya. Semuanya berakhir.

“…Aku rasa aku mencintaimu.”

Please support our translators at langitbieru (dot) com

Ketika Kase mengungkapkannya dalam kata-kata, Agi memperlihatkan ekspresi yang sangat rumit.

Kase tahu tanpa bertanya apa yang dimaksudkan ekspresi itu. Dia kehilangan seluruh kekuatan dalam tubuhnya, dan merasa satu terowongan panjang muncul di hadapannya. Dia harus menelusuri terowongan gelap gulita ini sendiri, dan tak ada pilihan untuk tidak memasukinya. Soal cinta, dia tidak lagi mampu memutuskan apapun untuk dirinya sendiri. 2VnFwu

“Dengar, Hiroaki.”

Agi memanggil namanya dengan baik hati. Dia meletakkan tangannya yang besar di atas kepala Kase yang menggantung.

“Seharian di pantai mungkin meletihkanmu. Benakmu mungkin sedikit kacau karena mengingat beberapa kenangan buruk. Kau mau membicarakannya denganku?

Agi membelai lembut kepala Kase. Hanya itu yang dibutuhkan hatinya untuk meleleh tanpa daya seperti sebuah lilin dalam suhu leleh yang rendah. Kase merasa dirinya menyedihkan karena hanya inilah satu-satunya yang diinginkan. Dia seperti anak kecil yang merasa bahagia setelah mendapatkan beberapa koin sebagai hadiah. bA9iTG

“… Seandainya saja kau sebuah benda,” Kase menggumam.

“Hmm?”

“Seandainya saja kau adalah sesuatu yang dapat ditemukan di toko. Ada barang-barang yang sama di rak, semuanya memiliki label harga. Jika aku meletakkanmu di keranjang belanjaanku dan membayarmu di kasir, maka kau bisa jadi milikku.”

Kase mengangkat kepalanya dan memandangi Agi dengan canggung. Dia benar-benar berharap Agi menjadi satu barang yang dijual di toko. Maka Kase dapat membelinya. Tak apa kalaupun barang itu mahal. Kase akan menabung sedikit demi sedikit dan berharap dapat membelinya suatu hari nanti. gwMUD1

Ironisnya Kase tidak pernah sekalipun memiliki hasrat untuk memperoleh barang secara fisik. Hal yang sangat diinginkannya selalu yang tak bisa dibeli oleh uang.

Yang Kase inginkan adalah hal-hal seperti senyuman yang muncul bersama dengan ‘Selamat datang‘ ketika dia mengatakan ‘Aku pulang‘, atau tangan-tangan hangat yang akan menyentuh pipi dan rambutnya. Semua gerakan sederhana itu begitu alami sehingga dia dapat menemukannya di manapun di sekitarnya, namun entah kenapa, tidak pernah ada yang jatuh ke tangan Kase sendiri.

Kenapa? Kenapa tangannya selalu kosong?

Seperti debu yang menyusahkan, harapan-harapannya yang tak terkabulkan melayang ke dasar hatinya. Kase telah menjalani hidupnya, mencoba untuk tidak melihatnya, mencoba untuk tidak menyentuhnya, tapi terkadang dia bertemu dengan seseorang yang memiliki tangan lembut, seperti mantannya atau Agi, yang akan mengaduk-aduk harapannya lagi, yang sudah terakumulasi menjadi lapisan batuan di dasar hatinya. UXouVc

Kenyataan ini terlampau kejam. Seringkali hal-hal yang diharapkannya tidak dikabulkan, dan pada akhirnya, dia akan mengambilnya dengan paksa. Tentu saja dengan begitu dia tidak memperoleh kasih sayang. Dia dengan putus asa terjebak dalam lingkaran yang tak berakhir.

“Hiroaki, aku hanya ingin kau tahu,” kata Agi. “Yang jadi masalah di sini bukan kau. Ini berlaku sama untuk semua orang.”

Kase memiringkan kepalanya, tidak memahami maksud Agi.

“Aku sudah memutuskan tidak akan membangun hubungan romantis dengan siapapun.” tazYhg

“…Kenapa?”

“Karena berbagai alasan. Terutama saat kau sudah mencapai usiaku sekarang ini.” Agi mengedikkan bahunya dengan senyum getir.

Please support our translators at langitbieru (dot) com

Kase merasa suasana tegang di antara mereka sedikit melunak, cukup baginya untuk berpegangan pada pintu yang terbuka.

“Aku cuma ingin berada di sisimu. Apa itu masalah juga?” T57MS0

Agi mengerutkan kening. “… Bukankah menyakitkan hidup bersama seseorang yang kau cintai?”

“Tidak menyakitkan. Bahkan walaupun alasannya bukan karena kau mencintaiku, aku tak keberatan sepanjang aku bisa berada di sisimu. Kau bisa menganggapku seperti seekor anjing atau kucing.”

“Aku tak bisa melakukannya.”

“Kenapa tidak? Aku mencintaimu, tapi kau tidak harus mencintaiku.” PiYLWp

“Hiroaki.”

“Aku tak apa-apa, asalkan aku bisa berada di sisimu.”

“Hiroaki, dengarkan aku.”

“Kau tidak harus melakukan apapun yang khusus untukku. Apa yang kita punya sampai saat ini juga tak apa-apa. Kita akan meninggalkan apartemen di pagi hari bersama-sama, berjalan ke toko roti, dan di malam hari kita akan pulang dan makan malam bersama. Sesekali, aku ingin kau membelai kepalaku.” c7M3kQ

Lalu… lalu apa? Isi kepalanya berputar-putar, dan dia kehilangan alur pembicaraannya. Tak ada kata lagi yang bisa dia ucapkan, dan Kase hanya menatap Agi. Ekspresi yang sangat rumit masih terpasang di wajah Agi. Kase menolak untuk berpaling, dan Agi menghela napas berat.

“… Aku memperingatkanmu lagi, ini tidak akan menjadi hubungan yang romantis, kau tahu.”

Kase mengangguk terhadap peringatan Agi. Sesungguhnya, dia menginginkan hubungan romantis. Pasti begitu, karena dia mencintai Agi. Tapi jika dia mengatakan perasaan yang sesungguhnya, dia tidak akan bisa tinggal bersama Agi lagi. Jadi lebih baik dia menyembunyikan perasaannya.

Agi mengerutkan kening saat menimbang-nimbang. tVd41o

“… Tak ada jalan lain, kan?” dia menggerutu sambil mengulurkan tangan ke arah Kase. “Baiklah, aku akan berada di sampingmu.”

Agi membelai rambut Kase, meluncurkan jari-jarinya di antara helaian rambut, dan bergumam pelan, “Sudah, sudah.” Sepertinya Agi memperlakukannya sebagai anak kecil atau seekor binatang. Namun, Kase senang Agi menerimanya walaupun dengan cara seperti ini. Yang mengejutkan adalah begitu mudahnya emosi-emosinya terurai, dan Kase bersandar lemas ke dinding di belakangnya.

Agi tersenyum getir saat dia menyaksikan Kase melemas.

“Hmmh, kau seperti anak nakal yang mengamuk karena menginginkan mainan. Jadi apa yang ingin kau lakukan sekarang? Aku benar-benar letih dan ingin tidur. Bagaimana denganmu? Kau ingin berbicara? Atau kau ingin tidur?” nmTgRJ

“Aku ingin bersama denganmu.”

“Aku tahu itu. Kalau kau ingin menghabiskan waktu denganku, katakan apa yang ingin kau lakukan sekarang.”

Story translated by Langit Bieru.

“Aku akan melakukan apapun yang kau lakukan. Kalau kau terjaga, aku akan terjaga. Kalau kau letih dan ingin tidur, aku akan tidur di sampingmu. Itu yang ingin aku lakukan.”

Saat Kase menatapnya, Agi menatap balik dengan kejengkelan luar biasa. iJZqpW

Leave a Comment

For an easier time commenting, login/register to our site!

1 comment