English

Rumah Penganan - Sarang Kecil ~Chapter 18

1 Comment

Keesokan harinya, Kase tak dapat berkonsentrasi pada pekerjaannya.

Pekerjaan Kase adalah mengambil croissant yang sudah dikembangkan adonannya semalaman dan menaruhnya di dalam oven untuk dipanggang. Tapi ketika Agi bertanya apakah mereka sudah siap, baru dia teringat. Dia begitu tergesa menaruh semuanya dalam oven sampai hampir salah memasang suhunya. Dia selalu membuat kesalahan-kesalahan kecil di sana-sini, dan ketika kesibukan pagi akhirnya mereda, dia merasakan gelombang kelegaan. d8pW7j

“Kau merasa kurang enak badan?”

Saat Agi memanggilnya dari belakang, Kase meremas kantong pipa di tangannya, sehingga kustar menyembur dari roti manis kustar yang sedang dia isi.

Please support our translators at langitbieru (dot) com

Agi meratap, “Ya ampun,” ketika mendengar suara semburan. “Kalau kau sedang merasa letih, kau boleh pulang lebih awal hari ini.”

“Aku baik-baik saja. Aku hanya sedikit—” svxek5

Suara Chise menutupi jawabannya ketika dia memanggil dari ruang penyimpanan.

“Agi-saaan, kita kekurangan Alle Fine. Apa kau sudah memesannya lagi untuk kita?”

Itu merek tepung. Agi mengerutkan kening seperti baru teringat sesuatu. Tampaknya dia sudah melupakannya. Langkah kecil yang ringan datang berlari dari ruang penyimpanan, dan Rio muncul di dapur.

“Paman, Mama bilang telepon mereka sekarang juga. Dan katanya ‘huuh, kepalamu berisi udara’.” MPXS1j

“Iya, iya, aku minta maaf,” Agi meminta maaf dengan bergurau, sambil mengangkat Rio untuk digendongnya.

“Hiroaki, kalau kau merasa kurang enak badan, jangan terlalu memaksakan diri. Oh, aku ambil ini kalau begitu.”

Agi mencuri roti manis yang dipenuhi kustar dan menggigitnya. Rio mengulurkan tangannya dan berkata, “Aku juga, aku juga,” Agi mengangkat roti manis itu ke mulut Rio untuk digigitnya.

“Aku suka roti manis kustar. Bagaimana denganmu, Paman?” BbrFtM

“Itu favoritku dari semua roti dan kue kering. Aku suka kalau di dalamnya banyak krim kustar.”

Mereka bergantian menggigit roti manis itu sambil berbicara. Mereka seperti ayah dan anak, yang membuat hati Kase sakit. Perasaan apa ini? Dia merasa bingung pada rasa sakit ini yang tidak pernah ada sampai hari kemarin.

Karena itu… Aku minta maaf.

Kase teringat kata-kata Agi. Dia seharusnya menerima fakta bahwa tangan Agi hanya dimaksudkan untuk Chise dan Rio. Tapi sesungguhnya, tidak masalah jika Kase menerimanya atau tidak. Bahkan bukan urusannya segala hal mengenai soal-soal pribadi Agi. Kase kembali pada tugasnya mengisi roti manis kustar. uKthv7

Apakah Agi-san akan memperbolehkan aku tidur dengannya lagi malam ini?

We’re sorry for MTLers or people who like using reading mode, but our translations keep getting stolen by aggregators so we’re going to bring back the copy protection. If you need to MTL please retype the gibberish parts.

Ketika sedang melakukan tugas-tugas sederhana, pikirannya berkelana pada hal-hal tentang Agi. Karena linglung dan tak dapat fokus, tanpa sengaja dia mengisi roti manis krim kustar secara berlebihan lagi. Kase menghela napas dan menghentikan pekerjaannya.

Tak biasanya, semalam Kase tertidur nyenyak meskipun biasanya dia mudah terbangun, dan dia merasa baik-baik saja hari ini. Ketika bangun pagi ini, Agi dan si kucing masih di situ bersamanya. Kase tidak dapat bergeming sedikit pun supaya dia tidak membangunkan mereka. Dia merasa sedikit saja bergerak, segalanya akan menghilang seperti mimpi.

Kase dapat melihat Agi melalui jendela kaca yang memisahkan bagian depan toko dengan dapur. Dia mengenakan kemeja putih dan celemek garcon panjang. Itu sosok yang Kase biasa lihat sekarang, yang tidak pernah berubah. Tapi pikirannya tidak dapat meninggalkan sosok itu. Dia ingin pulang secepat mungkin. Dia ingin segera berduaan saja dengan Agi. MH0gPx

Saat itu masih sekitar pukul 3 ketika dia melirik jam dinding. Dia merasa waktu merangkak dengan lambat sejak pagi ini.

Kase tidak pandai berhubungan dengan orang-orang, dan sangat sedikit orang yang dia mau berhubungan. Tapi saat tertarik pada seseorang, dia hanya dapat melihat orang itu. Pusat dunianya menjadi orang itu. Pilihannya hanya nol atau seratus. Kenapa dia hanya bisa menjalin hubungan pribadi seperti ini?

Please visit langitbieru (dot) com

Satu menit adalah sepuluh menit. Sepuluh menit terasa seperti satu jam. Saat pekerjaan akhirnya selesai dan mereka sampai di rumah, Agi menjejerkan setumpuk pamflet pemesanan makanan antar di meja ruang depan dan meminta Kase untuk memilih salah satu. Malam itu giliran Kase untuk menyiapkan makan malam, tapi karena sikap anehnya sewaktu bekerja seharian, Agi mengatakan dia akan melepasnya dari tugasnya hari ini.

Kase menunjuk sushi. Karena itu yang disukai Agi. Sementara Agi menelepon tempat shushi, Kase membuka sekaleng makanan kucing. Dia meletakannya dalam mangkuk makanan dan menaruh mangkuknya di lantai sebelah sofa. Kase memperhatikan si kucing menyantap makanannya, sementara Agi memasang wajah kesal setelah selesai menelepon. b cxgU

“Kenapa kau membiarkan dia makan di sini?”

Biasanya si kucing makan di dapur.

“Tak ada alasan.”

“Aku tak suka baunya.” nZI6a7

Agi memencet hidungnya sehingga suaranya terdengar aneh.

Kase duduk di lantai sebelah kaki Agi di samping sofa dengan lutut terlipat ke atas. Bibirnya menyunggingkan senyum. Agi menarik rambut Kase dan bertanya, “Kau tersenyum buat apa?” Kase mengabaikannya.

Kase tahu Agi tidak menyukai bau makanan kucing kalengan. Itu sebabnya dia selalu memberi makan kucing di dapur. Si kucing tidak akan mau makan kecuali Kase bersamanya, jadi Kase selalu harus diam di dapur saat si kucing makan. Tapi, malam ini dia tidak dapat melakukannya.

1. Kase ingin bersama Agi.
2. Vl xemlcu alvjx jxjc wjxjc xfmejil Bjrf vl rlae.
3. Agi tidak suka bau makanan kucing kalengan. OgvYB

Dari ketiga kondisi itu, nomor tiga tidak seserius yang lainnya. Karena itu terjadilah seperti ini.

Si kucing sudah selesai makan sebelum shushi datang. Agi membuka jendela untuk mengeluarkan bau dari dalam ruangan, sehingga mereka bisa makan shushi dengan udara segar. Ketika mereka selesai, Agi pergi ke dapur untuk mencuci nampan shushi. Kase mengikutinya.

“Sana pergi istirahat di ruang depan.”

“Aku ingin di sini.” kYVnxu

Kase bersender di dinding dapur dan menatap Agi yang sedang mencuci dan si kucing.

“Semua usahaku sia-sia untukmu. Padahal aku ingin kau istirahat.”

Kase hanya terdiam memandangi Agi yang menggerutu. Ketika cuci piring selesai, Agi meninggalkan dapur. Kase mengikutinya, dan si kucing mengekor di belakangnya. Sebelum Agi kembali ke ruang depan, dia masuk kamar mandi. Kase menunggu di luar pintu. Ketika Agi keluar, dia melompat ke belakang dengan terkejut.

“Kenapa kau berdiri di luar sini?” XlAsGy

“Karena aku ingin bersamamu.”

Agi menatap Kase dan si kucing dengan ekspresi yang tak bisa dijelaskan di wajahnya. Dia membuka mulutnya untuk mengatakan sesuatu, tapi menyerah dan menutupnya kembali. Lalu dia melangkah ke ruang keluarga dengan tangan menempel di dahinya. Agi duduk di sofa dan menyalakan TV. Kase duduk di dekat kaki Agi dengan lutut terlipat ke atas seperti sebelumnya. Si kucing meringkuk di sebelahnya.

Please support our translators at langitbieru (dot) com

“Hei.”

Mereka sedang menonton berita ketika Agi memanggilnya. Kase hanya mengangkat kepala untuk memandangnya sambil memeluk lututnya ke dadanya. 4i3RDq

“Apa?”

“Sini duduk di sofa.”

“Aku memilih duduk di sini.”

Posisi di dekat kaki Agi artinya tidak terlalu dekat dan tidak terlalu jauh. Kase ingin lebih dekat, tapi dia tahu semakin dekat, semakin dia ingin bersamanya. Kase tidak ingin Agi berpikir dia membuatnya tak bisa bernapas. Dia sudah belajar dari cintanya sebelumnya, dia harus mengendalikan diri jika menginginkan mereka bersama selamanya. gd9xsE

“Lantainya keras dan menyakitkan untuk duduk di situ. Apalagi kau merasa kurang enak badan hari ini.”

“Tidak apa-apa. Aku tidak merasakan sakit.”

Kase memunggungi TV, menopangkan lengannya pada sofa, dan menatap Agi. Dia memperoleh pemandangan yang bagus seperti ini. Agi menatapnya dengan putus asa yang sudah melampaui rasa kesusahan.

“Ahh, kaulah yang seperti kucing,” Agi berkomentar. “Baiklah, sini.” CdBabt

Agi menyelipkan tangannya di bawah lengan Kase dan mencoba untuk mengangkatnya dengan ucapan “Ayo naik.” Tapi, dia segera mengakui kekalahannya dan mengeluhkan Kase berat. Tentu saja. Bagaimanapun tinggi badan Kase hampir 180 sentimeter.

“Kau kucing yang terlalu besar. Oy, kau ke sini sendiri.” Agi menepuk pangkuannya.

“Tidak apa-apa. Aku berat.”

“Aku tidak suka membiarkan kau duduk di lantai. Jadi cepatlah kemari.” IVZJu0

Mendengar komentar itu, Kase berani duduk di pangkuan Agi. Dia mencoba duduk lebih jauh tanpa menumpukan seluruh berat badannya pada Agi, tapi Agi mengatakan agar tidak terlalu bersopan-santun untuk sesuatu yang dungu. Lalu dia menggeser posisi Kase semaunya sampai dia duduk menyamping di pangkuan Agi. Kase resah karena menumpukan seluruh berat badannya pada Agi, tapi dengan malu-malu melemaskan tubuhnya, Agi mengangguk dengan sikap percaya diri sambil mengatakan seperti itu lebih baik.

“Kalau kau mau, datanglah padaku dengan segala yang kau punya. Tapi jangan ikuti aku ke kamar mandi.”

“Aku tak mau.”

Agi memberinya pandangan menusuk, Kase mengerut dan mengangguk. 3ausFj

“Bagaimana dengan tempat tidur?”

“Hah?”

Please visit langitbieru (dot) com

“Kau membolehkan aku tidur bersamamu kemarin.”

Kase menatap Agi dengan pandangan bertanya, Bagaimana dengan malam ini? Agi mengatakan, “Hmm.” LoXK3J

“Kalau kau tidak mau, aku tidak akan melakukannya. Kau tidak perlu memaksa diri.”

Agi segera menyentil dahinya.

“Lihat di mana kau duduk, jadi jangan pura-pura sopan sekarang.”

Komentar itu membuat Kase jengkel. vKGJLt

“Kau yang menyuruh aku untuk duduk di pangkuanmu.”

“Oh, benarkah? Kalau kau tidak menyukainya, turunlah.”

“Aku jadi tidak mau lagi.”

Kase mengucap “Hmph,” dan menguburkan wajahnya di leher Agi. Dia dapat mencium aroma Agi. Dia memejamkan matanya dan menghirupnya. Akhirnya dia merasakan aman lagi, seperti sudah kembali ke tempat persembunyiannya sendiri. Da1ukH

“…Astaga, seperti kucing jalanan menempel padaku.”

Tangan besar itu mengusap rambut Kase sambil menggerutu.

“Yah, terserahlah. Bermanjalah sebanyak yang kau inginkan.”

Agi memeluk Kase erat-erat dengan tangannya di kepalanya. Kase merasa bahagia sekaligus sedih pada saat yang bersamaan. Seandainya saja dia benar-benar kucing, dia bisa tinggal bersama Agi sampai mati. oiQxZA

Leave a Comment

For an easier time commenting, login/register to our site!

1 comment